Minggu, 17 Februari 2013

kegelapan

Aku duduk menunggu di sebuah ruangan. Sayup-sayup terdengar suara riuh rendah dari balik pintu. Kelihatannya suasana sudah mulai ramai karena acara akan dimulai beberapa menit lagi. Kuhela nafas perlahan. Senang bercampur gugup merasuki batinku, sebentar lagi aku akan tampil di hadapan banyak orang. Pada saat seperti ini, aku selalu teringat dengan peristiwa empat tahun yang lalu. Jika peristiwa itu tidak terjadi, mungkin aku juga tidak akan pernah ada di sini.
Hari itu, aku mengendarai motorku dengan kecepatan standar. Aku telusuri jalan raya yang tak begitu ramai. Jalan yang biasa aku lalui sepulang sekolah, dengan beberapa pohon rindang di kanan kiri. Kulihat seorang gadis berseragam putih abu-abu, dengan tas merah menyelempang di bahu kanannya. Gadis itu tampak seperti gadis biasa yang sepertinya hendak menyebrang jalan, namun ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah tongkat alumunium tergenggam di tangan kananya. Beberapa kali ia maju mundur, tak jadi melangkah, ketika kendaraan berlaluan di hadapannya. Aku heran. Apakah telinganya begitu peka, hingga tahu bahwa ada kendaraan yang akan lewat? Atau jangan-jangan dia tak benar-benar buta?
Penasaran, kuturunkan kecepatan motorku ketika lewat di hadapannya. Sekilas kupandang wajah manisnya, kulihat bola matanya yang keabu-abuan. Seolah tahu aku memperhatikannya, gadis itu tiba-tiba saja tersenyum. Aku terkejut. Kubalas senyum itu sekilas, dan kuluncurkan motorku meninggalkan gadis bertongkat itu begitu saja.

Memasuki jalan raya yang lebih besar, kutancap gas lebih tinggi, dan semakin tinggi. Ya, seperti kebanyakan remaja yang gemar berpacu di atas sepeda motor, aku pun menikmati saat-saat semacam itu. Adrenalinku melonjak, kepuasan kudapatkan ketika sepeda motorku berhasil berkelok-kelok dengan lincah membelah kepadatan Jakarta. Akan tetapi, agaknya siang itu Dewi Fortuna enggan berpihak padaku. Mungkin sang dewi sudah malas mengurusiku yang telah berkali-kali dengan sengaja menantang maut.
Di sebuah perempatan jalan, tiba-tiba sebuah truk melintas. Lampu merah di jalurku memang sudah menyala, tapi kecepatan motorku yang terlalu tinggi membuatku tak dapat menghentikan lajunya. Panik, kubanting stang motorku ke kanan. Detik itu juga, aku bersama motorku meluncur miring menggesek aspal, terpelanting memasuki bagian bawah truk. Entah benda keras apa yang membentur kepalaku yang berhelm, kemudian semuanya gelap.
Sial betul aku hari itu. Kadang kupikir Tuhan marah padaku. Aku melihat seorang gadis tunanetra yang kesulitan menyebrang jalan, tapi kutinggalkan dia begitu saja, makanya Tuhan menghukumku. Kini aku tak ubahnya dengan gadis itu. Aku tak lagi bisa bepergian dengan motor kesayanganku. Sebagai gantinya, sebuah tongkat alumunium setia menemaniku.
Sedih, marah, kecewa, semua perasaan beraduk-aduk dalam benakku. Bukan hal mudah berdamai dengan kegelapan. Aku putus sekolah, padahal saat itu aku sudah duduk di tingkat akhir SMA, beberapa bulan menjelang Ujian Nasional. Aku memang tidak punya mimpi apapun soal sekolah. Aku hanya anak malas yang lebih suka mangkir ke kantin daripada menghadapi pelajaran di kelas yang selalu saja membuat mataku berair dan mulutku terus menguap. Tapi tetap saja terasa sakit ketika aku menyadari bahwa di usiaku yang menginjak 18 tahun, aku hanya memiliki ijazah SMP, sementara teman-temanku sibuk mengurus keperluan kuliah.
Keterpurukan mengantarku pada sebuah yayasan sosial. Aku datang ke sana berkat rekomendasi seorang teman. Meski tak yakin betul tempat apa itu sebenarnya, toh aku datang juga bersama Ayah. Tempat itu, adalah perkumpulan orang-orang bertongkat. Siapa mereka? Tukang pijat atau apa? Ah, kenapa aku ada di sana, aku pun tak mengerti.
“Nah, Saga,” seorang konselor bersuara ramah memberi penjelasan padaku. “Di sini, teman-teman tunanetra belajar komputer. Kamu juga bisa gabung di sini.”
Orang buta belajar komputer? Yang benar saja. Aku terdiam, tidak tahu bagaimana menyampaikan isi kepalaku. Seakan menyadari kebingunganku, konselor itu menggamit lenganku, mengajakku beranjak dari tempat duduk. “Sini saya tunjukkan.”
Ryan, sang konselor, membawaku ke sebuah ruangan. Ia mendorong pintu yang berderit pelan, kemudian ia sapa pria lain di ruangan itu. “Pram, ada tunanetra baru nih, mau belajar komputer.”
“Oh, iya? Mana orangnya?” suara lain menjawab diikuti derit kursi dan langkah yang mendekat.
“Saga, ini Mas Pram, guru computer kita.” Ryan meraih telapak tanganku dan menjabatkannya pada telapak tangan lain yang terasa kasar, yang membalas jabatan tanganku. “Dia ini tunanetra juga.”
Tadi Ryan bilang tunanetra bisa belajar komputer, sekarang ternyata gurunya tunanetra juga. Ah, aku semakin tak mengerti, tempat apa ini sebenarnya.
“Sini saya tunjukkan caranya tunanetra belajar komputer.” Pram menggamit lenganku, membantuku duduk pada sebuah kursi. Ryan pamit undur diri, hingga hanya aku dan Pram di ruangan.
Kuraba meja di hadapanku. Aku menemukan sebuah layar komputer, serta sepasang speaker di kanan dan kiri layar. Sebuah keyboard juga teronggok di laci tipis. Semua itu tak ubahnya seperti seperangkat komputer yang biasa kulihat dulu dan digunakan oleh kebanyakan orang. Pram meraih tangan kananku, dirabakannya pada sebuah kotak di bagian bawah meja yang aku tahu sebagai CPU. Ia menekankan jemariku pada sebuah tombol bulat agak besar di bagian tengahnya.
“Nah, ini tombol start-nya,” ujar Pram. “Kalau terdengar suara seperti baling-baling berputar, dan jika diraba terasa getaran halus pada CPU, berarti komputer mulai loading.”
Aku mulai menyadari, ternyata suara atau getaran sederhana seperti inilah yang membuat tunanetra tahu bahwa komputer mulai menyala. Selanjutnya, kudengar suara yang cukup familiar. Sebuah intro singkat yang mengiringi windows memasuki desktop. Aku sedikit terlonjak ketika sebuah suara digital berceloteh dalam bahasa inggris.
“JAWS for windows is ready.”
“Apa itu, Mas?” Untuk pertama kalinya aku bertanya setelah sejak tadi lebih banyak diam. Rupanya rasa penasaranku mulai tergelitik.
“Nah, itu namanya JAWS, salah satu jenis pembaca layar. Sebuah perangkat lunak yang membuat komputer dapat bersuara,” jelas Pram. “Dengan perangkat lunak inilah tunanetra dapat mengoperasikan komputer secara mandiri.”
Aku berdecak kagum. Rupanya ini rahasianya. Pram menginstruksikanku untuk meraba keyboard, mencari tombol paling kiri bawah, dan menekan tombol di sebelah kananya. Aku ikuti instruksi itu, dan kudengar suara digital berceloteh lagi.
“Start menu, internet, one of six … ”
“Hah? Apa lagi itu?”
“Yang tadi kamu tekan itu namanya tombol windows, atau disebut tombol start menu.” Pram menjelaskan kembali. “Kata orang yang bisa lihat sih, di layar muncul panel yang memuat daftar program-program yang ter-install di komputer kita. Tadi disebutkan internet one of six, artinya program internet exproler terdapat pada urutan pertama dari enam program lain yang terpampang pada panel.”
“Apa kita juga bisa mengetik sendiri, Mas?” Aku semakin penasaran.
“Oh, bisa dong.” Pram terdengar bangga. Sepertinya dia senang karena aku mulai antusias. Pram menginstruksikanku menekan tombol start menu, kemudian menekan tombol panah bawah hingga pembaca layar bersuara digital itu berkata “Microsoft Word two thousand seven”, dan ia merabakan jemariku untuk menekan tombol enter. Ms. Word pun terbuka.
Ia merabakan kesepuluh jemariku pada papan keyboard. Kedua telunjukku masing-masing menyentuh garis kecil timbul pada tombol yang berbeda. “Telunjuk kirimu ada pada huruf F, dan telunjuk kananmu pada huruf J. Garis timbul itu jadi patokan kita untuk mengetahui letak tombol-tombol lain.”
“Berarti kita harus menghafal semua tombol pada keyboard?” keluhku. “Wah, repot ya. Kalau orang awas kan bisa dilihat saja.”
“Nggak juga. Orang yang belajar di akademi sekertaris juga diharuskan menghafal keyboard, lho.” Terang Pram. “Mereka mengecek kesalahan pengetikkan dengan melihat layar, sedangkan kita hanya perlu focus mendengarkan speaker. Itu saja kok bedanya.”
Aku mengangguk-angguk, meski aku tahu Pram tidak akan bisa melihat anggukan itu. “Hmmm, aku coba tulis namaku,, ya?”
Kuraba keyboard perlahan. Dengan mengikuti petunjuk Pram, kuketikkan namaku huruf perhuruf. Ternyata setiap huruf yang kuketikkan dibacakan oleh suara digital itu dalam intonasi bahasa inggris.
“S … A … G … A … .”Ketika kutekan spasi, si suara digital kembali menyebutkannya dalam sebuah kata,tetap dengan intonasi bahasa Inggris. “Saga.”
Kagum, senang, bangga. Perasaan-perasaan itu berselang-seling mengisi rongga hatiku. Baru bisa mengetik nama sendiri saja, bangganya bukan main. Aku mulai bertanya macam-macam pada Pram, dan pria itu menjelaskan semuanya dengan antusias. Pram menerangkan, bahwa seluruh navigasi komputer pada tunanetra dilakukan dengan keyboard. Penggunaan mouse tidak dibutuhkan karena hanya akan membuat tunanetra kehilangan arah saat bernavigasi. Lewat penjelasan Pram, rasanya menjadi hal yang masuk akal jika tunanetra tidak hanya dapat mengetik sendiri, tapi juga berselancar di dunia maya. Semakin banyak mendengar penjelasan Pram, hatiku semakin mengembang, membuatku ingin tahu lebih banyak lagi.
Semasa aku masih melihat, tidak pernah aku memiliki rasa ingin tahu sebesar ini. Aku cenderung tidak peduli dengan pelajaran apapun yang kuterima di sekolah, maupun di luar sekolah. Aku merasa begitu terpuruk ketika kegelapan menyergapku. Namun semangat hidupku kembali lagi sejak aku mengenal komputer bicara- begitu Pram menyebut komputer bersuara digital yang unik itu.
Aku mengikuti kursus computer bicara dengan Pram sebagai instruktur. Hari demi hari, aku mulai mengenal banyak hal yang berkaitan dengan dunia tunanetra, yang kini jadi duniaku. Ternyata tunanetra juga bisa berkomunikasi dengan SMS. Tidak jauh berbeda dengan komputer, ponsel tunanetra juga di-install program pembaca layar. Sekarang aku juga gemar membaca, sesuatu yang nyaris tidak pernah kulakukan semasa melihat dulu. Aku tunanetra sejak remaja, makanya aku tidak terlalu lancer membaca dengan Braille. Aku lebih suka membaca dengan buku bicara, atau disebut digital talking book. Sebuah buku biasa yang dibacakan oleh orang berpenglihatan normal, kemudian direkam dan disimpan dalam CD sehingga bisa didengarkan berulang-ulang oleh banyak tunanetra. Ya, mungkin lebih tepat jika dikatakan tunanetra “mendengarkan” buku, daripada membaca buku. Mulai dari pelajaran sekolah, sampai novel-novel best seller, dibacakan dengan ekspresif, sehingga menelusuri isi sebuah buku menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Kenyataan lain yang membuatku sempat terperangah adalah bahwa tunanetra juga bisa menempuh pendidikan hingga jenjang sarjana, bahkan doktoral. Sesuatu yang terdengar tidak masuk akal di awal masa keterpurukanku. Banyaknya teman-teman tunanetra yang kuliah, membuat rasa iri merasuki batinku. Aku juga ingin kuliah, aku juga ingin jadi sarjana. Tapi, aku ‘kan sudah putus sekolah saat SMA dulu? Bagaimana mungkin?
Perlahan, aku mulai berpikir. Di usiaku yang menginjak 20 tahun, mungkin hanya aku yang berijazah SMP. Terlalu lama aku tenggelam dalam keterpurukan. Ya, sudah waktunya aku untuk bangkit. Aku sudah belajar Braille dan komputer bicara, aku juga bisa membaca buku dengan digital talking book, di samping masih bisa mencari berbagai bahan pelajaran lewat internet. Mengingat kebodohanku selama masih melihat dulu, akhirnya aku pontang-panting mengikuti ujian dan lulus SMA, meski hanya dengan ijazah paket C.
Kegelapan membuatku menyadari bahwa hidup terlalu bermakna untuk dilewatkan begitu saja. Kegelapan yang mengajarkan aku untuk berjuang mencari cahaya. Jika aku tidak terjerumus dalam kegelapan, mungkin aku masih menjadi anak malas yang tidak peduli dengan masa depan. Jika itu yang terjadi, tentu aku tidak akan ada di sini hari ini. Berdiri di sebuah panggung, di hadapan ratusan pasang mata.
“Inilah dia, orang yang menulis buku motivasi yang telah membawa Anda semua datang ke tempat ini.” Suara riang pembawa acara membahana di aula yang bergema, menandakan besarnya ruangan itu. “Ia adalah tunanetra yang merupakan mahasiswa tingkat dua di sebuah universitas. Bagaimana ia bangkit dari keterpurukan, memilih jalan sebagai trainer motivasi, dan menulis buku yang kini ada dalam genggaman Anda? Mari kita sambut … Adrian Saga!”
Tepuk tangan bergemuruh di seantero ruangan. Seorang panitia acara menggandeng lenganku menaiki tangga panggung. Kutarik nafas perlahan, kutahan degup jantungku yang semakin memburu, berharap semua berjalan lancer.
“Ini Mas Saga.” Sebuah suara yang kukenal sebagai suara pembawa acara mendekatiku dan menyisipkan mikrofon di genggamanku. Aku tersenyum. Seseorang mengarahkan tubuhku agar lurus menghadap penonton.
“Saya berdiri di sini untuk berbagi motivasi dengan Anda.” Kuucap kalimat pembuka dengan lantang dan mantap. “Percayalah, bahwa kesuksesan ada di depan mata Anda karena Anda semua adalah orang yang luar biasa!”
Tuhan, terima kasih karena telah memberiku kegelapan ini. Gelap yang membuatku mampu melihat cahaya. Keterpurukan yang mengajarkanku untuk bangkit berdiri dan mendaki cita di atas puncak. Sungguh tiada yang mustahil jika Engkau berkehendak

Sabtu, 19 Januari 2013

10 AKADEMI SEPAKBOLA TERBAIK DI DUNIA


 1. Calissta
Real Madrid memiliki salah satu akademi terbaik di dunia. Lulusan Akademi Madrid sebenarnya memiliki kualitas yang bagus, namun mereka jarang mendapat tempat di tim utama Los Blancos.
Kebijakan Real Madrid yang lebih memercayai pemain bintang hasil pembelian dari klub lain membuat peluang pemain lulusan Castilla untuk memperkuat tim utama menjadi sangat kecil. Tetapi dari sisi kualitas pemain lulusan Castilla sebenarnya bisa disandingkan dengan akademi terbaik dunia lainnya.
Alumni: Arbeloa, Rafa Benitez, Butragueno, Casillas, Cambiasso, Santiago Canizares, Guti, Javi Garcia, Juan Mata, Raul, Soldado.

2. Santos
Santos adalah salah satu kekuatan terbesar di Amerika Selatan. Akademi Santos memiliki kebiasaan untuk mengorbitkan pemain-pemain berkualitas dunia.
Seperti halnya klub-klub Brasil yang lain, Santos juga menjadi penyuplai pemain hebat bagi klub-klub besar Eropa. Meski selalu ditinggal para bintangnya, Santos seperti tak pernah berhenti mendapatkan pemain muda baru kaya potensi.
Alumni: Pele, Pita, Juary, Robinho, Leo, Giovani, Ganso, Neymar.

3. The Academy of Football
West Ham cenderung sering terlupakan ketika berbicara mengenai pengembangan pemain muda. Alasannya jelas, Para pemain binaan West Ham banyak direbut klub-klub besar ketika mulai menunjukkan bakatnya.
Sejak didirikan pada dekade 50-an oleh manajer Ted Fenton, The Academy telah berhasil menelorkan banyak pemain muda berkualitas di Inggris.
Alumni: Rio Ferdinand, Frank Lampard, Michael Carrick, Joe Cole, Glen Johnson, Jermain Defoe.

4. Gremio
Gremio adalah klub besar Brasil yang punya tradisi menghasilkan talenta kelas dunia. Secara umum, klub-klub Brasil memang ahlinya dalam mengembangkan pemain muda menjadi pemain besar berprestasi.
Namun Gremio menonjol karena telah diakui secara resmi sebagai klub yang memiliki akademi terbaik di Brasil. Pengakuan ini pun datangnya dari CBF (Federasi Sepakbola Brasil).
Alumni: Ronaldinho, Anderson, Lucas Leiva, Eduardo Costa, Lucio, Emerson, Gerson, Ailton.

5. El Semillero
Nama Argentinos Junior mungkin tak banyak anda dengar, atau malah belum pernah anda dengar sama sekali. Tetapi klub kecil asal Argentina ini memiliki tradisi menghasilkan bakat-bakat besar sepakbola.
Akademi El Semillero memiliki reputasi yang bagus dalam hal pembinaan pemain muda. Sayang, ketika sudah ‘jadi’, para pemain itu banyak yang pindah ke klub sekota Argentinos Juniors, River Plate dan Boca Juniors.
Alumni: Diego Maradona, Juan Riquelme, Cambiasso, Coloccini, Sergio Batista, Fernando Redondo, Juan Pablo SorinJose Pekerman.

6. Arsenal Academy
Arsenal Academy mungkin lebih dikenal karena bisa mengembangkan bakat pemain muda yang mereka dapat dari klub lain. Dengan dipimpin Arsene Wenger, Arsenal Academy bisa menyuplai kebutuhan pemain-pemain kelas atas yang dibutuhkan The Gunners.
Arsenal Academy dikenal lebih mementingkan kualitas ketimbang kuantitas. Hasilnya memang membuktikan bhawa lulusan mereka banyak yang mampu berprestasi. Sayang sekali Arsenal juga hobi menjual pemain-pemain terbaik mereka.
Alumni : Ashley Cole, Gael Clichy, Jack Wilshere, Alex Song, Nickals Bendtner, Ray Parlour, Paul Merson, Tony Adams.

7. Sporting Academy Alochete
Jika melihat beberapa pemain terbaik Portugal, baik di masa lalu hingga saat ini, banyak di antara mereka yang berasal dari Sporting PUMA Academy.
Akademi milik Sporting CP ini terletak di daerah bernama Alochete. Andai bisa mempertahankan pemain-pemain terbaiknya, tak msutahil Sporting akan mampu berbicara banyak, tak hanya di tingkat nasional, tapi juga Eropa.
Alumni: Cristiano Ronaldo, Quaresma, Nani, Moutinho, Luis Figo, Simao, Miguel Veloso, Nuno Valente.

8. Manchester United Academy
Akademi milik Manchester United kini telah memiliki tradisi untuk menelorkan pemain-pemain hebat kelas atas. Sebagian besar kesuksesan akademi ini diprakarsai oleh Sir Alex Ferguson. Sejak menangani United, Sir Alex sangat memercayai bakat muda klubnya.
Kepercayaan itu terbayar tuntas ketika Class of ’92 menjadi pilar utama United ketika meraih treble winners pada 2009. Kemampuan Fergie mengkombinasikan pemain lulusan akademi dengan pemain hasil transfer telah memberikan kesuksesan besar bagi Setan Merah.
Alumni: Charlton, Hughes, Beckham, Giggs, Scholes, Neville bersaudara, Nicky Butt, Cleverley.

9. De Toekomst
Ajax pernah merajai Eropa dengan pemain-pemain berbakat yang mereka hasilkan. Tetapi di era modern, Ajax memiliki kesulitan untuk mempertahankan para pemain berbakat yang mereka kembangkan.
Akademi De Toekomst (yang berarti Masa Depan) telah menghasilkan banyak pemain hebat yang menghiasi lapangan hijau dunia. De Toekomst punya dasar sepakbola khas Belanda; Total Football.
Alumni: Johann Cruyff, Wesley Sneijder, Van der Vaart, Suarez, Van der Sar, Vermaelen, Bergkamp, Vertonghen.

10. La Masia
Sudah tak perlu diragukan lagi, La Masia adalah akademi sepakbola terbaik saat ini. Sebagai penyuplai pemain bagi Barcelona FC, La Masia mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Bukti yang paling jelas adalah ketika pada 2010, tiga finalis Ballon d’Or berasal dari La Masia: Messi, Iniesta dan Xavi.
Selain hebat dalam mengembangkan bakat pemain, La Masia juga punya kebijakan bagus soal pendidikan pesertanya. Banyak akademi yang mengharuskan para pesertanya untuk berhenti sekolah pada usia 15 tahun agar fokus ke sepakbola. Di La Masia, para peserta diwajibkan mengikuti pendidikan dengan baik. Akan ada ‘penalti’ jika mendapatkan nilai bagus di bidang akademik.
Alumni: Josep Guardiola, Xavi, Iniesta, Messi, Pedro, Puyol, Pique, Fabregas, Arteta, Thiago Alcantara, Cuenca.

Misteri Angka 786

 Bagi sebagian orang, angka 786 adalah angka mistis! Khususnya bagi orang-orang dari Asia Selatan (India, Pakistan dll). Bila kita pernah bepergian ke beberapa negara, khususnya yang ada warga Hindustan-nya, maka kita akan melihat rangkaian angka ini di berbagai tempat.


Di Malaysia misalnya, banyak logo angka 786 tertulis di gerai jualan, khususnya milik warga etnis India. Sebagian angka tersebut dihias dengan warna-warna khusus dan menarik. salah satu foto tentang hal ini seperti di bawah ini:
 Sebuah rumah makan / restoran di Shah Alam, Malaysia. Di bawah merek Rumah makan ada angka 786

Tahukah anda bahwa di Indonesia ada Yayasan 786? Yayasan 786 Indonesia adalah Yayasan yang menghimpun komunitas keturunan India dan Pakistan Muslim di Seluruh Indonesia.

Di India, Bangladesh, Srilanka dan Pakistan, angka 786 hampir dijumpai di setiap rumah. Angka 786 diburu untuk nomor plat mobil. Stiker 786 ditempel di kendaraan, telepon selular dan lain sebagainya. Nomor telepon cantik adalah yang mengandung angka 786 !

Mata uang bernomor seri 786 pun jadi barang berharga. Uang ini dikoleksi orang dan bernilai mahal.
 Uang India bernomor seri yang mengandung angka 786 dilelang mahal

Penggunaan simbol 786 ini sepertinya sudah ada sejak lama. Di sebuah koin mata uang kono bertahun 1616 dari Dinasti Moghul, yaitu pada masa Akbar Syah dan Babar Syah terukir angka 786.
 Sebuah koin mata uang kuno bertahun 1616 ditawarkan di situs internet

Di beberapa negara Arab, seperti di Sudan dan Saudi Arabia, beberapa pedagang juga mencantumkan angka 786 di toko-toko dan restoran mereka. Bagi anda yang jeli, anda akan melihat itu. Tapi kebanyakan pelanggan memang tidak peduli.
 Sepasang Plat Nomor kendaraan kota Dubai yang mengandung angkat 786 dilelang di sebuah situs internet.

Nah, apa gerangan di balik angka 786? Usut punya usut, tanya punya tanya, konon katanya, angka 786 dianggap sebagai angka bertuah yang dapat membawa keberuntungan dan menarik rezeki. Jadi, bagi orang India, angka 786 adalah angka suci (Holly Number)… Wah wah… 

Syahdan, angka 786 merupakan simbolisasi numeral dari kalimat basmalah “Bismillahirrahmanirahim” (بسم الله الرحمن الرحيم).

Kok bisa begitu? Apa hubungan Bismillah dengan 786? Jadi ceritanya begini: Konon, setiap huruf arab memiliki simbol numeral tersendiri. Huruf Alif misalnya, simbol numeralnya adalah: 1. Huruf ba‘ : 2, ta: 400, tsa: 500. Simbol numeral ini disusun berdasarkan deretan Abjadiyah (أبجد هوز). Selengkapnya, lihat di gambar di bawah ini:
 Simbol Numeral Abjadiyah

Nah, berdasarkan aritmatika simbol numeral ini, maka didapatilah total akumulasi angka-angka pada kalimat Bismillahirrahmanirrahin berjumlah 786. Untuk selengkapnya, silahkan lihat di gambar di bawah ini:
 Simbol Numeral Bismillahirrahmanirrahim

Nah, jadi begitu ceritanya mengapa sebagian orang menganggap angka 786 sebagai angka sakral…

Namun yang perlu diketahui, angka 786 tidak hanya disakralkan oleh warga India Muslim, tapi juga non-muslim. Bagi non muslim, angka 786 merupakan agregasi dari numeral “Hindu Lord Hari Krishna”. Perinciannya adalah sebagai berikut:

H (a Kr) iri (i) shna h-5, R-200, R-10, k-20, R-200, SH-300, N-50, total 786 = satu”. Dengan demikian, jumlah total surat-surat (Hari Krishna) sama dengan 786

Jika kita kembali merujuk kepada ajaran-ajaran Islam, penggunaan 786 sebagai simbol Bismillahirrahmanirrahim ini tidak memiki dasar sama sekali. Artinya, ini murni merupakan buatan dari sebagian orang saja. Barangkali, motivasinya adalah untuk mencari sensasi.

Namun ada yang mengatakan, motivasi awal dari orang-orang yang membuat simboliasi ini adalah untuk menghormati tulisan bismillah itu sendiri. Mereka khawatir, jangan-jangan kalimat bismillah yang mereka tulis (di kertas atau di papan misalnya) terjatuh di jalan lalu terinjak dan sebagainya. Untuk menghindari hal itu, maka diganti saja dengan huruf!

Dalam sebuah situs, Syaikh Shalih Al-Munjid pernah menjawab pertanyaan seseorang tentang simbolisasi numeral basmalah menjadi 786 ini. Syaikh Shalih menjawab: 

“Allah SWT dan Rasul-Nya mengajarkan kepada kita hal-hal yang jelas dan nyata, bukan melalui teka-teki yang membingungkan dan sandi-sandi rahasia!

Jadi, perbuatan sebagian orang yang mencoba membuat simbol-simbol numeral itu adalah perbuatan yang sia-sia dan buang-buang waktu belaka. Sebagian mereka membuat hal ini untuk menarik perhatian orang, lalu mengatakan bahwa agama mereka sangat hebat!

Padahal sudah jelas, agama kita memang hebat, tanpa perlu semua embel-embel semua itu!

Jadi, semua ini tidak ada kaitannya dengan syariat Islam!”

Berdasarkan sebuah artikel yang pernah saya baca, sebagian orang memang ‘kelewatan’ terobsesi dengan angka 786. Ada yang percaya, bahwa siapa yang membacakan Bismillahirrahmanirrahim sebanyak 786 kali pada sebuah bejana berisi air, lalu air terebut diserahkannya pada seseorang untuk diminum, lalu air itu diminum oleh orang tersebut, maka orang itu akan jatuh cinta dan tergila-gila padanya! Wah wah…

Ada pula yang meriwayatkan, “Barangsiapa yang membaca Bismillahirrahmanirrahim sebanyak 786 kali dengan niat agar dilimpahi nikmat, atau menolak suatu mudarat, atau melariskan dagangan, maka akan dikabulkan niatnya itu“…

Jadi, dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa pensakralan angka 786 ini tidak lebih dari sekedar perbuatan iseng sebagian orang, atau dapat dikatakan hanya sebagai khurafat belaka. Mudah-mudahan, kita terhindar dari semua khurafat ini.

8 penemuan hebat oleh wanita

Di akhir abad ke-20, hanya 10 persen paten penemuan yang diberikan pada kaum perempuan. Bukan berarti kalah pintar dari kaum pria, melainkan butuh waktu puluhan dan mungkin ratusan tahun hingga kaum perempuan bisa sejajar di mata pria.

Contohnya Sybilla Masters yang hidup di abad 18 saat Amerika masih terkenal dengan jaman "wild-wild west". Ia berinovasi dalam proses pembuatan tepung jagung. Hasil temuannya didaftarkan untuk mendapat paten saat pulang ke Inggris di tahun 1715. Ironis, karena masa tersebut tidak mengakui hak kekayaan intelektual bagi kaum perempuan, maka suaminya, Thomas yang berhak mendapat paten.

Barulah di tahun 1809 Mary Dixon Kies menjadi wanita Amerika pertama yang berhak mendapat paten atas namanya sendiri. Ia berhasil mengembangkan mesin tenun jerami pembuat topi. Sejak itu, kaum perempuan mulai bisa diterima di antara hegemoni kaum pria.

Menyebut daftar temuan yang digagas oleh kaum perempuan kini banyak sekali. Kita akan lihat 10 daftar saja yang sangat berguna dalam kehidupan.


1. Aramid atau Kevlar
 Aramaid atau Kevlar adalah bahan pada baju anti peluru. Material ini ditemukan tahun 1964, oleh Stephanie Kwolek, seorang ahli kimia berkebangsaan Amerika, yang bekerja sebagai peneliti pada perusahaan DuPont.

Aramid adalah kependekan dari kata aromatic polyamide. Aramid memiliki struktur yang kuat, alot (tough), memiliki sifat peredam yang bagus (vibration damping) , tahan terhadap asam (acid) dan basa (leach) dan selain itu dapat menahan panas hingga 370°C,sehingga tidak mudah terbakar.

Karena sifatnya yang demikian, aramid juga digunakan di bidang pesawat terbang, tank, dan antariksa (roket).Produk yang dipasarkan dikenal dengan nama Kevlar. Kevlar memiliki berat yang ringan, tapi 5 kali lebih kuat dibandingkan besi.


2. Polonium dan Radium
 Marie Curie adalah ahli kimia dan fisika Perancis kelahiran Polandia yang sampai sekarang merupakan satu-satunya orang yang pernah mendapatkan hadiah nobel di dua bidang yang berbeda, yaitu fisika dan kimia.

Penemuannya dibidang radioaktif membuat Marie Curie masuk ke dalam daftar penemu yang berpengaruh kepada dunia. Marie Curie adalah wanita pertama pemenang nobel dan juga adalah wanita pertama yang menjadi professor di universitasnya, Universities of Paris.

Karya dan penelitian Marie Curie membuat para ahli kimia dan fisika mengerti bagaimana cara mengumpulkan sumber-sumber material yang mengandung radioaktif untuk menyembuhkan penyakit sekaligus untuk keperluan riset yang lebih dalam pada zat-zat radioaktif.


3. Chocolate chip cookies
 Kue kering chocolate chip paling enak disantap sore hari sambil minum teh. Penemunya adalah Ruth Wakefield, ahli gizi dan dosen makanan.

Ia dan suaminya pindah ke Boston dan membuka usaha penginapan. Pada suatu hari di tahun 1930 ia sedang menyiapkan hidangan untuk tamu. Wakefield membutuhkan coklat leleh agar resepnya sempurna, sayang ia kehabisan bahan. Akhirnya ia mengambil batangan cokelat Nestle, dihancurkan kecil-kecil dan dilempar ke dalam oven. Ia berharap cokelat tersebut akan mencair. Ternyata yang dihasilkan justru cokelat yang menggumpal kecil-kecil. Itulah sejarah kelahiran chocolate chips.


4.  Mistake Out
 Sekitar tahun 1951, Ms Graham menjadi sekretaris eksekutif yang sering mengetik dokumen penting. Agar tak usah mengulang mengetik dokumen setiap kali ada salah ketik, ia menggunakan cat putih yang ia ramu sendiri. Ternyata cat putih plus kuas kecil yang dinamakannya Mistake Out itu disukai teman-temannya juga. Akhirnya ia mendirikan pabrik Mistake Out.



5. COBOL
 Laksamana Grace Murray Hooper bergabung dengan militer pada tahun 1943 dan ditempatkan di Harvard University, di mana dia bekerja pada IBM Harvard Mark I komputer, komputer berskala besar pertama di Amerika Serikat.

Pada tahun 1950, Laksamana Hopper menemukan compiler, yang menerjemahkan perintah bahasa manusia (Inggris) ke kode komputer. Perangkat ini berarti bahwa programmer bisa membuat kode lebih mudah dan dengan sedikit kesalahan.

Compiler kedua yang diciptakannya adalah Arus-Matic, digunakan untuk program UNIVAC I dan II - komputer generasi pertama yang tersedia untuk kepentingan komersial. Laksamana Hopper juga mengawasi perkembangan bahasa Business-Oriented Umum (COBOL), salah satu bahasa pemrograman komputer pertama.


6. Colored Flare System
Colored Flare System (CFS) adalah alat komunikasi atau juga tanda darurat seperti yang digunakan kapal laut pada malam hari. Siapa sangka di balik temuan hebat ini hasil kerja keras seorang wanita tangguh, Martha Coston.

Pada tahun 1847 di usia ke-21 ia harus menjanda dengan tanggungan 4 orang anak saat suaminya meninggal. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, hingga suatu hari membolak-balik catatan milik suaminya dan menemukan rancangan alat komunikasi untuk kapal laut pada malam hari.

Coston lalu menghabiskan waktu hingga 10 tahun merevisi dan menyempurnakan desain suaminya tersebut. Ia berkonsultasi dengan para ilmuwan dan pihak militer tapi belum menemukan jawaban yang tepat. Hingga akhirnya suatu malam saat membawa anak-anaknya melihat kembang api, ia mendapat ide yang bisa diterapkan pada alat buatannya.

Ironis, walau ia sudah membantu pihak militer selama Perang Sipil dengan menghabiskan 1.200.000 CFS, justru ia berutang hingga USD 120,000 dan pihak Angkatan Laut Amerika saat itu tidak mau membayar hanya karena alasan bodoh: bahwa Coston seorang wanita.



7. Dishwasher
 Pada tahun 1883 Josephine Cochrane ditinggal mati suaminya berikut warisan hutang yang besar. Dalam keputus-asaan otaknya bekerja keras membuat mesin pencuci piring (dishwasher). Akhirnya di tahun 1886 mesin itu pun selesai dan mendapat paten.

Awalnya ia kesulitan menjual mesin tersebut karena dishwasher buatannya membutuhkan air panas agar bisa berfungsi, sementara pada masa tersebut tak banyak rumah tangga yang memiliki mesin pemanas air. Akhirnya Cochrane berfokus pada hotel dan restoran besar. Alasan Cochrane agar mesinnya laku, dengan dishwasher maka pengusaha hotel dan restoran tidak perlu menggaji banyak karyawan hanya untuk pekerjaan cuci piring.


8. Wiper
Pada awal abad ke-20, Mary Anderson berkunjung ke New York. Kondisi di kota 'Big Apple' saat itu baru mulai ramai oleh lalu-lintas mobil walau belum begitu banyak.

Selama berwisata, ia naik trem dan setiap beberapa menit selalu berhenti karena supir harus menyeka salju di kaca depan. Kebetulan saat itu musim dingin. Mary Anderson memperhatikan hal ini, ternyata semua supir melakukan hal yang sama.

Saat ia pulang ke Alabama, dirancanglah sebuah alat yang bisa melekat pada kaca kendaraan. Saat sopir harus membersihkan kaca, ia tak perlu turun dan cukup menarik pegangan pada gagang tersebut untuk membersihkan salju.

Mary Anderson menerima paten pada tahun 1903, dan 10 tahun kemudian mobil-mobil di Amerika sudah menggunakan wiper ciptaannya.

4 klub sepakbola asing milik indonesia


1. DC UNITED
Berdiri : 1996
Alamat : 2400 East Capitol Street, SE United States
Telepon : (202) 587-5000
Laman Resmi : dcunited.mlsnet.com
Nicknames : Red & Black, the Eagles
Stadium : RFK Memorial Stadium, Washington, DC
11 Juli 2012, klub yang bermarkas di Washington itu memperkenalkan investor baru salah satu diantaranya Erick Thohir, pengusaha asal Indonesia. Sebelumnya, Erick Thohir juga sudah mengelola tim basket Satria Muda, Indonesia Warriors, dan membeli sebagian saham klub NBA Philadelphia 76ers.
Erick Thohir membeli saham klub Liga Sepakbola Amerika Serikat (MLS), DC United bukan tanpa alasan kuat. Saat membeli klub NBA, Philadelphia 76ers, Erick berpegang kepada faktor sejarah. Faktor itu pula ditambah faktor kesuksesan menjadi acuannya saat membeli saham DC United.

United meraih MLS Cup pada 1996, 1997, 1999 dan 2004. Pengoleksi gelar terbanyak MLS berikutnya yakni klub David Beckham, Los Angeles Galaxy sebanyak tiga kali (2002, 2005 dan 2011).

Erick kini menjadi figur penting DC United setelah menguasai saham klub yang bermarkas di RFK Stadium itu. Ia berharap bisa memajukan sisi bisnis klub berjuluk Hitam Merah ini sekaligus memberikan sumbangsih kepada sepakbola Indonesia.

"Sebenarnya yang lebih utama, saya harap dari pembelian DC United ini bisa membuat Indonesia bangga. Peluang untuk membawa pemain Indonesia ke klub ini sangat besar. Pemilik lain juga sudah sepakat soal ini.", ucap Thohir.

2. Brisbane Roar
Brisbane Roar Football Club (Sebelumnya Queensland Roar Football Club) merupakan klub dari Brisbane, Queensland, Australia yang bersaing dalam kompetisi A-League Hyundai nasional. Klub yang bermarkas di Suncorp Stadium ini 100% sahamnya telah dimiliki oleh Bakrie Group yang kemudian menunjuk Dali Tahir sebagai Chairman klub tersebut.


"Ini adalah langkah signifikan untuk Hyundai A-League dengan Brisbane Roar menjadi tim profesional Australia pertama yang memiliki pemilik dari Asia," ucap Ketua Hyundai A-League, Lyall Gorman.
"Kami bisa melihat berbagai kesempatan menarik di masa depan untuk Roar dan sepakbola Australia di bawah kerjasama dengan Grup Bakrie ini, yang mana punya banyak investasi sepakbola di Asia, Eropa, Amerika Selatan, dan kini Australia."
"Yang paling penting, Grup Bakrie dipenuhi orang-orang yang sangat mencintai sepakbola. Mereka akan memberikan masukan ide serta pemahaman baru terhadap kompetisi nasional kami," tukas Gorman.
Info lebih lengkap mengenai klub ini -> Brisbane Roar

3. CS Vise
CS Vise saat ini berlaga di kompetisi level kedua di Liga Belgia. Mereka dijuluki Les Oies (angsa), setelah nama julukan kota Visé. Klub yang berdiri sejak tahun 1924 ini dikuasai Bakrie Grup sejak bulan April 2011 dan bertahan hingga saat ini. Mereka menunjuk putra sulung Nirwan Dermawan Bakrie yang punya nama lengkap Andika Nuraga Bakrie atau yang lebih dikenal sebagai Aga Bakrie sebagai presiden klub tersebut.
Sejak menguasai klub yang bernama lengkap Royal Cercle Sportif Visetois ini, Bakrie Grup memang menargetkan untuk menjadikan CS Vise beraroma Indonesia dengan cara merekrut para putra terbaik bangsa di bidang sepak bola. Dari 29 pemain yang di daftarkan oleh CS Vise untuk mengikuti kompetisi Liga Belgia, lima orang di antaranya berasal dari negeri kepulauan ini, Indonesia. CS Vise bermarkas di Stade de la cité de l'oie, Kota Visé di provinsi Liège Belgia dan salah satu tribun di stadion itu bernama Roosniah Bakrie.

4. Deportivo Indonesia

Deportivo Indonesia atau yang sebelumnya bernama Sociedad Anónima Deportiva (SAD) Indonesia merupakan salah satu wadah bagi para talenta muda dalam menempa diri menjadi pemain profesional.
Deportivo Indonesia dibentuk pada Agustus 2007 lalu. Beberapa jebolan SAD mulai meniti karir di klub-klub yang berada di luar negeri. Seperti Chile, Belgia dan tentunya Uruguay.

Awalnya, program pembinaan usia muda ini berada di bawah PSSI. Namun seiring perjalanan waktu, Deportivo Indonesia kini dikelola oleh perusahaan Pelita Jaya Cronus milik keluarga Bakrie.

Menurut Project Manager SAD Indonesia, Demis A Djamaoeddin, pemain yang terpilih untuk mengikuti program ini merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh pelatih kepala asal Uruguay, Cesar Payovich. Dia dibantu oleh dua asistennya, Wilson Espina, dan Jorge Anania.

Asisten manajer Sociedad Anónima Deportiva (SAD) Indonesia-Uruguay Yeyen Tumena mengatakan, setiap tahunnya 40 anak berbakat di Indonesia rutin berkesempatan untuk dikirim mengikuti SAD Indonesia-Uruguay.
SAD Indonesia terbagi dalam dua tim, yakni U-17 di Liga Uruguay Quinta Division dan U-19 di Quarta Division.

Meski ditempa menjadi pemain profesional, para pemain tidak lantas meninggalkan pendidikan formalnya. Sebaliknya, manajamen SAD telah bekerjasama dengan sekolah atlet Ragunan. Masuknya tiga kali seminggu. Anak-anak SMP dan SMA setiap tahun dikirimi guru untuk ujian. Kenaikan kelas dan rapot para pemain serta ijazah kelulusan, semuanya dari Ragunan. Selain itu, selama di Uruguay, para pemain juga mendapat kesempatan untuk kursus bahasa dan komputer.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More